Malam semakin larut, aku berbaring di kasur empuk, bantal dua dan memeluk guling. Terdengar suara jangkrik yang beradu ngerik dan dikejauhan sana terdengar samar-samar suara herek pari dan suara khas orang sedang mencari bawon.
Sejak tadi aku berusaha untuk tidur karena besok pagi ada acara. Tapi apa daya, suara petani mengais rejeki diluar sana sungguh mengganggu malamku. Bukan tentang riuhnya, tapi karena betapa luar biasa yang mereka kerjakan. Saat semua terlelap dengan indah, mereka masih berjuang untuk cari makan. Memang sih, baru sejam yang lalu aku menutup laptop untuk mengakhiri berkarya yang hampir aku kerjakan selama tiga hari ini, tapi dibanding dengan mereka yang pagi sampe sore, ditambah malam hari ketika mencari bawon, rasanya aku semakin malu tentang aku yang sering mengeluh kurang bersyukur atas segala yang tuhan berikan kepadaku.
Ngenes rasanya kalo lagi didesa, meski selalu ada kedamaian, tapi dibalik itu banyak cerita yang miris untuk didengar. Pengairan kadang sudah (untung ini penghujan), pupuk harga selangit tapi masih susah dicari, pagi sampe sore bercucuran keringat membasmi hama dengan kimia, saat panen tiba harga jual tak berdaya. Apa dosa mereka sehingga hal ini terus terjadi?
Sungguh malu aku yang sering mengeluh dan lupa bersyukur. Semoga kesehatan, rejeki, dan kebahagiaan selalu menghampiri mereka. Tuhan selalu melindungi kita.
Tentang aku yang sering mengeluh
21 March 2016
kala malam
0 Response to Tentang aku yang sering mengeluh
Post a Comment